Sunan Kalijaga Mengajarkan Tasawuf Lewat Tembang Sluku-Sluku Bathok

Penulis: Nurul Azizah

Sluku-sluku bathok. Bathok e ela-elo
Si Rama menyang Solo
Oleh-oleh e payung mutho
Mak Jenthit lolo lo bah
Yen mati ora obah
Yen obah medeni bocah
Yen urip golek o duwit.

Sluku-sluku bathok,
artinya: “Hidup tidak boleh dihabiskan hanya untuk bekerja. Waktunya istirahat ya istirahat. Untuk menjaga jiwa dan raga agar selalu dalam kondisi yang seimbang. Bathok kepala kita perlu istirahat untuk memaksimalkan kemampuannya.”

-Iklan-

Bathok e ela-elo,
artinya: “Dengan berzdikir (ela-elo : laa ilaa ha ilallah) mengingat Allah.”

Syarat neuron di otak akan mengendur apabila apa yang kita lakukan semata-mata karena Allah. Dengan selalu mengingat Allah hati akan tenang dan damai.

Si Rama menyang Solo, artinya: “Siram (mandilah, bersucilah) menyang (menuju) Solo (sholat) lalu bersuci dan dirikanlah sholat.”

Oleh-oleh e payung mutho: artinya kita mendapatkan perlindungan (payung) dari Allah Tuhan kita. Mutho (mauta), payung mutho berarti mendapatkan perlindungan Allah dari hidup sampai mati.

Mak jenthit lolo lo ba: artinya kematian datangnya tiba-tiba. Tak ada yang tahu, tidak ada yang bisa memprediksi dan tidak juga bisa dikira-kira. Tak bisa dimajukan dan tak bisa dimundurkan.

Wong mati ora ubah, artinya: “Saat kematian datang, semua sudah terlambat, kesempatan beramal hilang, kesempatan untuk beribadah kepada Allah sudah tidak bisa.”

Yen ubah medeni bocah, artinya: “Banyak jiwa yang rindu untuk kembali, meminta kepada Allah untuk dihidupkan lagi di dunia, semata-mata ingin memperbaiki sholatnya. Tapi Allah tidak mengijinkan, jika mayat hidup lagi, maka bentuknya menakutkan dan mudhorotnya lebih besar.”

Yen urip golek o dhuwit, artinya: “Kesempatan beramal hanya saat sekarang kala masih hidup, bukan nanti (ketika di akherat).

Itulah tembang sluku-sluku bathok yang diciptakan oleh Sunan Kalijaga, begitu dalam maknanya.

Pelajaran atau ajaran tasawuf kelas tinggi diajarkan oleh Sunan Kalijaga kepada masyarakat suku Jawa yang saat itu belum memeluk agama Islam.

Tasawuf sendiri berarti ilmu untuk mengetahui bagaimana cara mensucikan jiwa, menjernihkan akhlak, membangun badan secara lahir dan bathin, agar memperoleh kebahagian yang abadi.

Sluku-sluku bathok, tembang dolanan Jawa yang menjadi media dakwah Sunan Kalijaga. Sunan Kalijaga banyak meninggalkan karya seni yang luar biasa dan tentunya bisa membangun peradapan budaya masyarakat Jawa. Tradisi orang Jawa, adat istiadat, dunia pewayangan hingga tembang Jawa banyak dilahirkan oleh salah satu walisanga yang bernama asli Raden Said tersebut. Semua dilakukan Sunan Kalijaga tak lain sebagai media dakwah untuk menyiarkan agama islam di tanah Jawa.

Sebenarnya lagu sluku-sluku bathok adalah tembang Jawa yang sudah digubah oleh Sunan Kalijaga dari bahasa Arab.

Sluku-sluku bathok sebenarnya berasal dari kata “usluk fa usluka bathanaka, bathnaka ila Allah” (masuk-masuklah bathinmu, bathinmu kepada Allah).

Sirama menyang Solo berasal dari kata, “Sharimi Yasluka (petik dan ambilah jalan masuk).”

Oleh-olehe payung mutho berasal dari kata, “Laailaha illaallah hayun wal mauta” (meng-Esakan Allah dari hidup sampai mati).

Mak jenthit lolo lo bah berasal dari kata, “Mandzalik muqarabah” (siapa yang dekat pada Allah).

Wong mati ora ubah, berasal dari kata, “hayun wal mauta innalillah” (dari hidup hingga mati hanya milik Allah).

Yen obah medeni bocah dari kata, “Mahabbatan mahrajuhu taubah” (kecintaan yang menuju taubah).

Yen urip golek o dhuwit berasal dari kata, “yasrifu innal khalaqna insana min dhafiq” (sesungguhnya manusia diciptakan dari air yang memancar).

Itulah ajaran tasawuf kelas tinggi tetapi oleh Sunan Kalijaga dijadikan tembang dolanan. Siapa saja yang diajari pasti cepat hafalnya.

Tulisan ini juga saya sarikan dari ajaran yang disampaikan kedua orang tuaku, berupa tembang dolanan beserta maknanya.

Saya paling senang dengan tembang sluku-sluku bathok karena begitu dalam maknanya. Alhamdulillah selain belajar dari orang tua, lagu ini juga diajarkan oleh guru ngaji di kampung. Juga oleh ustad-ustad saya di Madrasah diniyah. Sampai sekarang saya masih ingat lagu dolanan itu dan semoga saya bisa mengamalkan ajaran tasawuf dari Sunan Kalijaga. Aamiin aamiin aamiin ya rabbal alamiin.

Baca Bunga Rampai Kumpulan Artikel Nurul Azizah lainnya di sini:

 

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here