Penulis: Langit Quinn
SintesaNews.com – Pembunuhan seorang hakim di Medan beberapa waktu lalu memang menarik untuk disimak. Bagaikan menonton film misteri, istri yang ternyata adalah seorang tersangka sempat-sempatnya berakting pingsan dan menangis tersedu-sedu di pemakaman sang suami demi menghilangkan kecurigaan dan mengelabui semua orang.
Lebih dari sebulan pembunuhan tersebut tak terungkap, namun polisi menyelidiki tanpa henti dan kemudian menemukan bahwa sang istrilah pembunuhnya.
Zuraida Hanum, yang tak lain adalah istrinya sendiri, gelap mata membunuh sang hakim karena curiga sang suami telah berselingkuh lagi, tak mau kalah, iapun melakukan perselingkuhan dengan seorang laki-laki teman curhatnya yang ia kenal di sekolah anaknya dan kemudian menjadi partner untuk membunuh suaminya.
Selain itu, dari keterangan saksi, yaitu seorang pengacara yang akan memproses perceraian mereka, sang hakim mengatakan sudah tak kuat dengannya, sehingga meminta perceraian segera dilakukan. Harta akan dibagikan kepada semua anak-anaknya, termasuk anak dari istri terdahulu, akan tetapi si istri dikatakan tak terima jika harta kekayaan dibagikan juga dengan anak dari istri terdahulu.
Itu pula yang diduga menjadi motif lain untuk membunuh suami sendiri.
Sejak awal kasus, Zuraida Hanum, sang istri, memang sudah terlihat mencurigakan, keterangan yang dikatakan kepada wartawan tidak sinkron dengan keterangan yang diberikan oleh anak sulungnya. Contohnya saja ketika Zuraida Hanun mengatakan bahwa rumahnya beberapa hari diteror orang dan bahkan pagarnya ditabrak oleh orang tak dikenal, ia katakan saat itu pagi hari, dan anaknya masih di rumah. Sedangkan anaknya berkata, ia tak melihat ada bekas pagar ditabrak, bahkan ia kebingungan dan mengatakan, kemungkinan kejadiannya saat ia sekolah, akan tetapi menurutnya, mestinya ada bekas pagar tertabrak, ia berkata sangat mengenali kondisi pagarnya.
Si anak sulung tersebut juga mengatakan, ganjil sekali ketika ibunya berkata bahwa ponsel sang ayah mati, karena baginya hal tersebut tak pernah dilakukan oleh ayahnya, bahkan ketika sedang melakukan sidang, ayahnya selalu mengangkat ponselnya.
Sadis memang, tak tanggung-tanggung rencana yang dia lakukan, dari cara pembunuhan, eksekusi, dan juga bagaimana ia membuang mayat supaya terlihat layaknya sebuah perampokan, hingga pasca pembunuhan dan saat pemakaman bagaimana ia berakting untuk memutupi semuanya.
Bahkan ia menolak untuk dilakukan autopsi, jelas, karena dengan demikian maka pembunuhannya tidak akan terungkap. Namun polisi tetap melakukan autopsi, terlebih Jamaluddin adalah seorang hakim. Polisi lebih paham tentang segala kemungkinan, untuk itulah dilakukan autopsi meski Hanum tidak menginginkan.
Entah setan macam apa yang merasuki perempuan berjilbab tersebut, bahkan saat melakukan pembekapan di atas kasur, yang dibantu 2 pria lain yang sebelumnya telah ia sembunyikan di lantai 3 rumahnya, sang anak yang berusia 7 tahun sempat terbangun dan menyaksikan, namun dengan lancarnya ia menenangkan lagi supaya si anak kembali tertidur. Entah bagaimana nanti si anak akan mengingatnya, ia sebagai seorang ibu, atau ia pembunuh ayah kandungnya sendiri.
Pembunuhan tersebut memang dilakukan ketika sang hakim tengah pulas tertidur di kamar anak yang berusia 7 tahun, bahkan ia sendiri sempat berpura-pura tidur di sampingnya, ketika sudah benar-benar pulas, ia kemudian memanggil 2 rekan lain yang ia sembunyikan di lantai 3 kamarnya.
Kemudian pembunuhan tersebut mereka lakukan di atas kasur dengan menggunakan sarung bantal dan bed cover.
Awalnya ia ingin seolah-olah si suami meninggal karena serangan jantung, akan tetapi karena ada lebam dan bekas merah di tubuhnya, ia urung menggunakan alasan tersebut. Dan ide lain muncul, yaitu membuang jenazah suaminya tersebut di sebuah jurang Kutalimbaru bersama mobilnya, rencana tersebut dilakukan berkejaran dengan waktu.
Kedua tersangka awalnya menyarankan pembuangan jenazah dilakukan jam 01.00 pagi, tapi bak pembunuh profesional, Hanum mengatakan bahwa si suami tidak pernah keluar pukul 01.00 pagi, sehingga ia menunggu hingga jam 04.00 subuh untuk melakukan rencana jahatnya tersebut, tentunya supaya tidak dicurigai security setempat.
Yang lebih gila adalah, selain ia mengenakan pakaian olahraga kepada jenazah terlebih dahulu sebelum dibuang, ia juga sempat-sempatnya tidur dengan sang jenazah selama 3 jam setelah pembunuhan dilakukan sembari menunggu jam 04.00 pagi. Benar-benar sudah buta mata dan hatinya perempuan yang nampak alim tersebut! Sadisnya tak tanggung-tanggung, mengerikan.
Setelah apa yang dia lakukan, mungkin ia mengira semua berjalan dengan lancar, tanpa pernah ia berpikir bahwa sepandai-pandainya tupai melompat akan terjatuh juga, demikian pula dengan dirinya. Sebulan lebih mengelabui polisi dan awak media dengan aktingnya, pada akhirnya terkuak juga wajah aslinya dan kejahatannya.