Siapa yang Memusuhi NU, Akan Hancur dengan Sendirinya

Penulis: Nurul Azizah

Untuk bisa memahami siapa diriku, dan harus berbuat apa untuk NU, ternyata memerlukan waktu panjang. Untuk bisa memahami perjuangan tokoh-tokoh pendiri NU tidaklah mudah.

Saya dzuriyahnya tokoh NU di daerah yang basic-nya NU. Amalan-amalan NU selalu dikerjakan dan sudah menjadi ciri khas warga NU. Ya tahu siapa pendiri NU, dari kecil sudah diajarkan syair yang menyebutkan pendiri NU Mbah Hasyim Asy’ari, lahir é tahun 1926.

-Iklan-

Kebiasaan yasinan, tahlilan, maulidan, ziaroh kubur, manaqiban, istiqosahan, semak’an quran, dan lain-lain amalan NU sudah biasa dilakukan. Tetapi dinamika politik tokoh-tokoh NU dalam menghadapi para pembenci NU dan NKRI tidak tersentuh. Sejarah perjuangan NU dalam mempertahankan kedaulatan NKRI belum saya fahami.

Pemberontak-pemberontak negara yang selalu memusuhi NU hanya sebatas bacaan, tidak ada greget untuk memahami betapa berat para tokoh pendiri NU berjuang sampai darah penghabisan melawan pecundang-pecundang yang ingin memporak porandakan NKRI.

Begitu cueknya saya ketika ada orang yang ngakunya NU, tapi setia pada FPI, membela kelompok wahabi salafi, ikut Partai Keadilan Sejahtera (PKS), ikut pengajian dari orang-orang HTI. Membiarkan teman atau saudara yang ngakunya NU, disisi lain dia ikut tabligh akbar, ikut jamaah islamiah yang suka syiar agama memakai jubah ala bangsa Arab, memakai istilah-istilah Arab, sering takbir dan selalu minta donasi atau bantuan uang dengan dalih menyebarkan agama Allah.

Saat itu saya benar-benar tidak menyadari sikap-sikap orang yang ngaku NU tapi NU rasa FPI, Wahabi, Salafi, PKS, HTI, JI, JAD cs.

Setelah saya mendapat gemblengan dari guru saya yang juga santrinya Gus Dur. Barulah saya sadar, saya harus hadir untuk sedikit memberi warna pada NU dan NKRI, sebagai pegiat NU dan NKRI. Mencintai Nahdlatul Ulama dan cinta tanah air Negara Kesatuan Replublik Indonesia.

Kegiatan-kegiatan sebagai orang NU tetap jalan, masih ikut yasinan, tahlilan, maulidan, istigosahan, ziaroh kubur, manakiban, semak’an qur’an dan lain-lain amalan NU. Sudah dua tahun ini saya ikut nyemplung bareng sedulur-sedulur NU memerangi tipu daya dan hoaks kelompok Wahabi, Salafi, takfiri, FPI, PKS, HTI, JI, ISIS, JAD cs. Semua itu saya lakukan baik di dunia nyata dan media sosial. Saya pribadi pengen menjadi santrinya simbah KH Hasyim Asy’ari dan para pendiri NU. Manut dawuhe poro guru, kiai-kiai dan Ulama NU.

Perjuangan tidak berhenti sampai itu, saya juga giat sebagai penulis, untuk membungkam para pembenci NU dan NKRI. Tentunya sudah kenyang dengan caci-maki, hinaan dan kata-kata pedas yang ditujukan ke diri saya. Semakin di-bulliy, diejek, dihina, dihujat, semakin kuat tekad untuk membela NU dan NKRI.

Saya tidak berjuang sendiri, banyak santri-santri NU yang tergabung dalam Ansor, Banser, IPPNU, Fatayat Muslimat NU, dan lembaga Banom NU lainnya. Mereka yang tergabung dalam kepengurusan NU baik tingkat anak ranting, ranting, cabang, wilayah NU serta yang berada di kepengurusan NU tingkat pusat bahu-membahu berjuang untuk NU dan NKRI.

Ternyata semakin masuk dalam memperjuangkan NU terasa amat berat….

Musuh-musuh itu nyata dan ada. Mereka para pengasong khilafah sangat sadis dan konsisten dalam memporak-porandakan NU dan NKRI. Mereka jadi kadrun yang militan, siap tempur melawan para pegiat NU dan NKRI.

Setiap tulisan saya yang berbau Wahabi, Salafi, Takfiri, FPI, PKS, HTI, ISIS, JI, JAD cs langsung dihujat mati-matian. Dari hujatan para pembenci NU dan NKRI, semakin saya terus bergerak dan menyuarakan kiprah NU dalam berbangsa dan bernegara.

Saya belajar sejarah benturan-benturan NU dengan ormas dan organisasi politik yang terus melawan NU.

Saya yakin dengan kalimat: “Siapa yang memusuhi NU, akan hancur dengan sendirinya.”

“NU itu organisasi paling aneh di dunia.” Itulah sekelumit ulasan Prof. Alan Nielsen, seorang pengamat inteljen Barat.

Sejak kelahirannya tahun 1926 NU sudah difitnah, diintimidasi, dan ingin dihabisi keberadaannya mulai tahun 1955-1998. Pergerakan dakwah dan politiknya diawasi super ketat oleh penguasa Orde Baru. Sehingga NU ingin mengadakan pengajian minta izin dipersulit. NU tidak diberi ruang untuk menghidupkan “strukturnya.”

Prof. Alan Nielsen mengibaratkan NU itu ibarat manusia yang dipotong lehernya tapi ia masih bisa berlari dan hidup. Padahal jika organisasi apapun akan hancur jika dihabisi kepalanya (strukturnya).

Nazi, DI/NII, Masyumi, PKI dan banyak lagi semua tinggal nama. Tapi tidak dengan NU yang masih eksis dan berkembang pesat hingga sekarang di Indonesia bahkan di dunia. Yang terjadi malah sebaliknya siapa yang memusuhi NU akan hancur dengan sendirinya.

Di bawah ini benturan-benturan NU dengan ormas dan orpol subversif:
1. NU dengan Masyumi, yang bubar Masyumi.
2. NU dengan PKI, yang bubar PKI.
3. NU dengan PRRI/Permesta, yang bubar PRRI Permesta.
4. NU dengan DI/TII yang bubar DI/TII.
5. NU dengan Jamaah Islamiah (JI) yang bubar JI.
6. NU dengan jamaah tabligh, yang bubar jamaah tabligh (JAT).
7. NU dengan HTI yang bubar HTI.
8. NU dengan FPI, yang bubar FPI (FPI tidak bisa menduplikasi NU karena FPI suka banget membuat teror-teror di masyarakat).

Sejarah membuktikan organisasi-organisasi terdahulu hancur karena selalu memusuhi NU. Mulai dari PKI, Masyumi, DI/TII, NII, bahkan Orde Baru yang mengintimidasi NU selama 32 tahun pun kini hanya tinggal nama.

Andaikan NU tidak didirikan para ulama-ulama utama NU, para Aulia, dan tidak mendapat ridho Allah tentu NU sudah hancur sejak dari dulu.

NU merupakan organisasi yang didirikan para ulama yang memiliki sanad keilmuan yang jelas melalui para guru yang terhubung langsung dengan Rosulullah tanpa putus.

NU sebuah organisasi Islam terbesar di Indonesia. NU berdiri pada tanggal 31 Januari 1926, pada tahun 2026 NU berusia satu abad.

NU selalu konsisten dengan visinya. Visi NU adalah menegakkan ajaran Islam menurut faham Ahlussunnah wal jama’ah di dalam bermasyarakat, di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

NU bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, sosial dan ekonomi. Ada kalanya para kader NU ikut berpolitik.

Para pengasong khilafah bisa menghancurkan Irak, Libya, Suriah, Afganistan tapi tidak mampu menghancurkan Indonesia, meski telah menghabiskan miliaran dollar.

Karena di NKRI masih ada sebuah organisasi Nahdlatul Ulama. Kami bangga menjadi warga Nahdliyyin.

NU tak butuh kita, tapi kita yang butuh NU.

Baca Bunga Rampai Kumpulan Artikel Nurul Azizah lainnya di sini:

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here