Penulis: Nurul Azizah
Semua orang yang beragama Islam wajib menghambakan diri kepada Allah SAW dan memuliakan Nabi Muhammad SAW. Makna ‘hamba’ lebih ditujukan kepada orang-orang yang telah bersyahadat dengan dua kalimat syahadat.
Dua kalimat syahadat (persaksian) disebut juga kalimat syahadatain, yaitu: 1) Ayshadu al la ilaha illallah, yang artinya saya bersaksi tiada Tuhan yang aku sembah selain Allah. 2) Wa ayshadu anna Muhammadar rasulullah, artinya dan saya bersaksi Nabi Muhammad adalah seorang yang menjadi utusan Allah.
Maqom ke-abdi-an hamba kepada Allah SWT dan terus bersholawat atas Nabi adalah peringkat perjalanan rohani. Orang yang sudah memiliki maqom ini merasa menemukan hakekat dan merasakan dirinya adalah seorang hamba Allah atau Abdullah. Kehambaan ini sebagai wujud mendekatkan diri dan menyerahkan urusan hidup mati dan rejeki serta semua kejadian yang ada di bumi ini hanyalah kehendak Allah.
Kalau bahasa Jawa: “Kersane Allah mawon.” Sambil terus berdoa, berusaha, berikhtiar dan tawakal kepada Allah.
Setelah penghambaan kepada Allah langkah selanjutnya adalah memuliakan Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
QS Al Fath (48) ayat ke 8 dan 9 yang artinya: “Sungguh, Kami mengutus engkau (Muhammad) sebagai saksi, pembawa berita gembira, dan pemberi peringatan. Agar kamu semua beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menguatkan agama-Nya, membesarkan-Nya, dan bertasbih kepada-Nya pagi dan petang.”
Allah juga memerintahkan kepada hamba-Nya untuk bersholawat atas Nabi. Bersholawat adalah memuji Kanjeng Nabi Muhammad SAW, contoh sholawat yang paling ringan seperti halnya mengucapkan “Shalallahu’ala Muhammad,” ucapan ini sudah kategori sholawat. Tentunya banyak sekali ucapan-ucapan sholawat atas Nabi.
Tidak semua perintah Allah kemudian Allah menjalankan. Allah memerintahkan sholat kepada mahkluk, tetapi Allah sendiri tidak sholat. Memerintahkan puasa tapi Allah tidak berpuasa dan masih banyak yang lainnya.
Tapi ketika Allah memerintahkan hamba-Nya untuk bersholawat atas Nabi, Allah pun bersholawat atas Nabi. Hal ini terdapat dalam QS Al-Ahzab ayat 56.
“Innallaha wa mala ‘ikatahu yusalluna ‘alan-nabiyy, ya ayyuhallazina amanu sallu ‘alaihi wa sallimu taslima.”
Artinya, “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”
Hadis Nabi (Sabda Nabi): “Siapa yang memuliakan Nabi Muhammad maka ia dijanjikan oleh Allah untuk berada bersama nabi dalam Surga.”
Cara memuliakan Kanjeng Nabi, diantaranya :
1. Meneladani kebaikan beliau atau uswatun hasanah QS: Al Ahzab: 21).
“Laqot kaana lakum fii rosuuliillaahi uswatun hasanatul limang kaana yarjullaha wal-yaumal-aakhiro wa zakarollaha kasiiroo.”
Artinya: “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah.”
Secara umum alasan mengapa kita meneladani Nabi Muhammad karena dalam diri Nabi Muhammad terdapat suri tauladan yang baik akhlak maupun perbuatannya. Nabi Muhammad telah dijaga oleh Allah untuk selalu menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Beliau mendapatkan wahyu secara langsung melalui malaikat Jibril.
2. Mencintai beliau dengan bersholawat kepadanya.
Sabda Nabi: “Inna awlannasi bi yaumal qiyamati aksaruhum lil sholatan.” Artinya : “sesungguhnya orang yang dekat denganku kelak di hari kiamat adalah yang banyak baca sholawat.” (HR. Imam Tirmidzi dari Ibnu Mas’ud).
Sejak kecil kita sudah dikenalkan dengan berbagai bacaan sholawat, ragamnya banyak sekali. Tapi yang sering diajarkan oleh orang tua kita diantaranya :
“Sholaatullooh salaamullooh, alaa thoohaa rosuulillah. Sholaatullooh salamullooh alaa yasiin habibillah.”
Ada juga dalam bahasa Jawa :
“Kuwe sholat nyembah sopo… ”
“Kuwe mati sangune opo…”
“Nggolek donyo kanggo sopo… ”
“Yen wes akeh kanggo opo… ”
(Kamu sholat nyembah siapa, kamu mati bekalnya apa, mencari harta buat siapa, kalau sudah banyak buat apa ?).
3. Menjalankan sunah-sunah Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan sehari-hari.
Mari kita hidupkan lagi sunah-sunah beliau, kalau kita memang cinta Nabi. Mulai dari bangun tidur sampai dengan mau tidur lagi.
Kalau kita cinta kepada Kanjeng Nabi dan Nabi juga cinta kepada kita sebagai umatnya, Insya Allah kita kelak akan dipertemukan di Surga-Nya.
“Al-mar’u ma’a man ahabba,” yang artinya: “Seseorang itu akan bersama siapa yang ia cintai.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’ud).
4. Selalu membaca Al-quran, mempelajari dan mengamalkannya. Sesibuk apapun kita harus memiliki waktu untuk membaca Al-quran.
Nabi Muhammad SAW bersabda: “Khairukum man ta’allamal Qur’aana ‘allamahu,” yang artinya: “Sebaik-baik orang di antara kamu adalah orang yang belajar Al-quran dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari). Untuk itu selagi kita masih diberi umur yang panjang, kita gunakan sebaik mungkin untuk terus belajar membaca Al-quran dan tafsirnya.