Penulis: Nurul Azizah
Alhamdulillah Kamis sore, 7 Oktober 2021 saya memberanikan diri untuk sowan di Gedung Sholawat Angudhi Barokahe Gusti. Di dekat tempat gedung tersebut terdapat makam leluhur dari Habib Luthfi bin Yahya. Masyarakat Meteseh Semarang mengenalnya sebagai makamnya Mbah Luhung.
Makam Mbah Luhung berada Perumahan Cluster Dahlia, Jl. Genting Raya, Tunggu, RT 03 RW 09 Kelurahan Meteseh Tembalang, Semarang.
Saat saya datang sore itu disambut oleh Bapak KH. Ir. Sunarto, MP. beserta istri beliau. Ada pula istrinya Habib Lutfhi Ibu Syarifah Salma beserta keluarga. Banyak Santri Nahdliyin berdatangan di acara maulid Nabi Muhammad SAW dan Haul Mbah Luhung Alwi, mereka berdatangan dari wilayah Semarang Raya, Ungaran, Salatiga, Kudus, Kendal, Demak, Pekalongan, Pemalang, dan dari berbagai daerah di Jawa Tengah. Ada juga dari Jogja.
Sore itu yang datang baru istri Habib Lutfhi beserta keluarga. Sedangkan Habib Lutfhi akan datang malam hari. Rencana beliau rawuh jam 19.30 WIB. Karena malam ini Habib Luthfi akan mengikuti maulid Nabi dan haul mbah Luhung Alwi sekaligus mengisi pengajian bersama jamaah yang datang dari berbagai Kota di Jawa Tengah dan Jogja.
Pada kesempatan itu Bapak KH. Sunarto santrinya Abah Habib Lutfhi sekaligus yang membangun kompleks makam Mbah Luhung Alwi di Meteseh beserta bangunan-bangunan tempat tinggal di dekat area makam, memberikan keterangan banyak hal.
Beliau menceritakan Habib Luhung Alwi merupakan anak Habib Hasan yang ke-4. Makam sosok alim dan pejuang bangsa tersebut sudah ditemukan oleh Habib Lutfhi bin Yahya sejak 20 tahun yang lalu. Bangunan makam sendiri dibangun dan diresmikan pada bulan Februari 2019.
Mulanya pencarian makam mbah Luhung Alwi diawali atas perintah dari Habib Muhammad Luthfi bin Hasyim bin Yahya. Itu adalah makam leluhurnya Habib Luthfi.
Reruntuhan tembok di sekelilingnya saat ditemukan merupakan benteng pertahanan terakhir beliau ketika berperang melawan penjajah.
Sebelum dibangun oleh KH Sunarto pemilik sekaligus Direktur PT. Graha Prima Property, makam Mbah Luhung Alwi dijaga warga Dadapan Kelurahan Sendang Mulyo dan warga Tunggu Kelurahan Meteseh. Makam tersebut dijaga oleh juru kunci bernama Pak Yetno warga Dadapan.
Awal pembangunan makam tersebut, menurut Bapak Sunarto yang juga santrinya Habib Luthfi, “Awalnya membangun beberapa unit rumah di perumahan Cluster Dahlia, tiba-tiba dekat perumahan tersebut ada makam.”
Ketika sowan di rumahnya Habib Lutfhi sambil membawa tanah dari makam tersebut, kebetulan tanah itu masih di dalam mobil. Habib Lutfhi sudah tahu kalau kedatangan KH. Sunarto untuk melaporkan keberadaan dari makam leluhurnya Habib Lutfhi bin Yahya.
Setelah sowan ke Habib Lutfhi, pak Sunarto diberi kepercayaan untuk membangun dan mengelola makam mbah Luhung Alwi.
Ke depannya makam tersebut dijadikan tempat ziarah para santri-santri Nahdliyin dan masyarakat umum. Atau istilah sekarangnya wisata religi.
Setiap Jumat Pahing dan Senin Pon diadakan mujahadah, dzikir dan sholawat atas Nabi atau istilahnya maulidan. Bersama kiai-kiai NU yang berasal dari wilayah Semarang dan sekitarnya. Seperti Kiai Budi Harjono, Kiai Nurkhan, Kiai Rubai, Gus Santo, Kiai Maulana, Kiai Angkling Darmo dan lain-lain.
Untuk agenda tahunan, ya pas ada acara Maulid Nabi Muhammad SAW dan Haul mbah Luhung Alwi yang diisi langsung oleh Habib Lutfhi dan ulama-ulama besar NU.
Kali ini diagendakan Kamis, 7 Oktober 2021 Khataman Quran dan Orkes Gambus Arab serta pengajian yang diisi oleh Habib Lutfhi bin Yahya. Untuk hari Jum’at 8 Oktober 2021 pengajian akbar oleh Al Habib Umar Al Munthohar karena Habib Lutfhi ada acara di luar kota.
Alhamdulillah KH. Sunarto menyambut kehadiran saya dengan santai dan santun. Suami dari Prof. Dr. Endah Dwi Hastuti, M.Si dosen FAK MIPA UNDIP ini bertutur banyak hal.
Ir. H. Sunarto, MP. awalnya menjadi ASN di Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah selama 20 tahun. Insiyur pertanian ini alumni Universitas Gajah Mada Jogja baik S1 dan S2. Menjadi ASN di lingkungan Provinsi Jawa Tengah terasa capek dan kurang menghasilkan. Karena dalam satu bulan bisa 2-3 kali keliling di daerah-daerah pertanian di wilayah Jawa Tengah. Karena sering meninggalkan anak dan istri, akhirnya dia memutuskan untuk keluar dari PNS.
Setelah tidak menjadi PNS bapak Sunarto mendirikan PT. Graha Prima Property developer kelas menengah ke bawah. Beliau bergabung dengan pengajian thoreqoh bersama KH. Muhammad Sukram Undaan Kudus (santrinya Habib Luthfi), kemudian beliau langsung ikut thoreqoh ke Habib Luthfi secara langsung di Pekalongan.
Ketika saya tanya, “Mengapa keluar dari ASN?” jawabnya sangat menginspirasi.
“Jadi ASN itu tidak kaya mbak, umat islam rahmatan lil alamin itu harus kaya, di dunia hasanah (baik dan berkecukupan) dan di akherat juga hasanah, kalau jadi ASN begitu pensiun malah miskin. Kalau mau kaya ya selama hidup sampai mati,” begitu jawabnya sambil menutup pembicaraan kami.
_________
Artikel ini telah mengalami revisi. Sebelumnya disebut Mbah Luhung merupakan guru dari Pangeran Diponegoro. Namun benar adanya bahwa Mbah Luhung juga adalah pejuang kemerdekaan RI.
Guru pangeran Diponegoro adalah Habib Alwi bin Yahya (Mbah Jurang Bencarung) Pekalongan. Masih bersaudara dengan Mbah Luhung, sama-sama leluhur dari Habib Luthfi bin Yahya. (Redaksi SintesaNews.com)