Penulis: Nurul Azizah
Kalau orang mendengar pernyataan dari La Nyalla sebagai anggota DPR pasti akan kaget dan syok, bisa jadi suplai oksigen ke jaringan tubuh terganggu. Akan mengganggu kinerja jantung. Mudah-mudahan tidak terjadi pada diri kita.
Saat ini beredar video La Nyalla minta maaf ke Bapak Presiden Joko Widodo yang selama ini menyebarkan berita hoax dan tipu daya ke warga masyarakat seluruh Indonesia bahwa, “Pak Jokowi itu PKI, Kristen dan agamanya tidak jelas.”
La Nyalla ternyata seorang publik figur yang tidak pantas untuk ditiru. Dia memfitnah orang lain, memfitnah Pak Jokowi tanpa bukti yang jelas. Menyebarkan hoax dan berita sesat menyesatkan yang membuat negeri ini gaduh. Kalau orang awam tidak pernah tahu perkembangan politik, pasti percaya saja dengan omongan dari La Nyalla. Apalagi klarifikasinya baru-baru ini. Padahal berita kebohongannya dilakukan ketika dia masih membela Prabowo dan Gerindra.
Dia pandai menghina orang lain, tapi lupa berkaca. Kata pepatah: “terkadang manusia pintar banget menilai orang lain, tapi terlalu bodoh menilai diri sendiri.”
Saya pribadi bukan membenci siapapun, bukan benci orangnya tapi lebih kepada perilakunya. Saya berusaha tabayun dulu sebelum men-share ke orang lain.
Saya salut dengan Pak Jokowi, difitnah dia PKI, Kristen, agamanya tidak jelas, bahkan ada yang bilang Jokowi antek asing, oleh beliau disenyumin saja.
Pastilah mereka yang tidak suka dengan Pak Jokowi, menamakan dirinya sebagai oposisi. Oposisi dalam dunia politik berarti partai penentang di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), yang menentang dan mengkritik pendapat atau kebijaksanaan politik golongan yang berkuasa. Beberapa parpol ada yang menyebut sebagai partai penyeimbang.
Kita perlu waspada dan hati-hati terhadap parpol oposisi, kelihatannya partai reformasi padahal partai itu diisi oleh orang-orang Orde Baru yang sarat masalah. Berhati-hatilah pada partai politik yang anggotanya rajin nyinyir pada pemerintah, padahal dia sendiri minim prestasi dan tangannya meraup dan bergelimpangan harta orba.
Waspadalah dengan partai politik yang kelihatannya nasionalis tapi diisi oleh kader-kader partai yang “selingkuh” dengan kaum anti pancasila. Mereka mendukung penuh ormas yang anti pancasila dan merongrong kewibawaan NKRI.
Kita semua tahu kalau mau membaca sejarah orde baru, dan partai politik yang diusungnya. Tujuan utama hanyalah kekuasaan dan uang. Para pembela partai ini tidak menyadari bahwa dirinya telah menjadi pion-pion bidak catur, yang siap dimainkan, dikendalikan dan siap dibuang. Mereka yang benci ke pemerintah dan terus menyebar hoak dan fitnah serta nyinyir di media sosial adalah pion yang merusak negara NKRI. Terkadang mereka sudah menikmati harta yang diperoleh dengan cara korupsi.
Kembali ke pernyataan maaf La Nyalla kepada Jokowi, dia menyampaikan maaf dengan ringannya. Tanpa dia sadari efek dari perbuatannya. Lidahnya sangat kecil dan ringan. Tapi, lidah bisa mengangkatnya ke derajat yang paling tinggi dan bisa menjatuhkannya ke derajat paling rendah. Tapi ingat, rakyat yang membela Jokowi ratusan juta, apakah mereka semua memaafkannya. Apakah kesalahan La Nyalla diampuni hanya dengan minta maaf, kita lihat saja nanti perkembangannya.
Mungkin banyak yang tidak tahu, siapa La Nyalla. La Nyalla Mahmud Mattalitti, lahir 10 Mei 1959 adalah pengusaha dan politisi. Ia pernah menjabat sebagai wakil rakyat Republik Indonesia. Ia pernah menjabat sebagai wakil ketua umum PSSI pada tahun 2013 hingga 2015, serta menjadi ketua umum PSSI pada tahun 2016.
La Nyalla Mattalitti terpilih menjadi Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI masa jabatan 2019-2024. Dia politisi yang selalu mengundang kontroversi publik. Di manapun dia, sukanya membuat gaduh, apa tidak takut dengan dosa. Kegaduhannya sering disebut orang sebagai kontroversi.
Kontroversi yang pertama saat dia terpilih menjadi ketua umum PSSI pada tahun 2015. Saat terpilih dalam konggres luar biasa di Surabaya, pemerintah melalui Kementrian Pemuda dan Olahraga membekukan organisasi yang dipimpinnya. Hal ini berakibat adanya konflik antara PSSI dan pemerintah.
Kegaduhan kedua adalah tuduhan korupsi dana hibah Kadin Jawa Timur senilai Rp 5,3 miliar saat pria berdarah Bugis menjadi ketua Kadin Jawa Timur. Namun, tuduhan itu berhasil dipatahkan melalui proses pengadilan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada tanggal 27 Desember 2016. Putusan pengadilan menyebabkan La Nyalla bebas dari tuduhan itu.
Kegaduhan ketiga ketika dia mencalonkan Gubernur Jawa Timur pada Pilkada 2018. Dia tidak bisa membayar “uang mahar politik” dari partai Gerindra. Ia gagal melaju ke Pilkada karena tidak mendapat restu dari partai Gerindra.
Setelah tidak gabung dengan partai Gerindra dikabarkan ia pindah haluan ke Partai Bulan Bintang (PBB) pimpinan Yusril Ihza Mahendra.
Setelah tidak bergabung dengan Gerindra dia membuat kegaduhan lagi dan tentunya masyarakat tercengang dengan pernyataannya setelah tidak lagi di Partai Gerindra pimpinan Prabowo.
Baca artikel menarik lainnya:
Iwan Ismail Seorang Banser NU Tak Bisa Diam Lihat Bendera HTI di Gedung KPK