ANBK Bukan Ujian seperti Ujian Nasional (UN), Asesmen Beda dengan Ujian.

Penulis: Nurul Azizah

Tulisan ini muncul karena rasa prihatin saya pada teman-teman guru dan siswa yang masih mengannggap bahwa asesmen nasional (AN) adalah suatu ujian.

Kalau Asesmen Nasional (AN – ANBK) dikatakan ujian pengganti Ujian Nasional (UN) itu tidak tepat. Asesmen Nasional adalah evaluasi yang dilakukan oleh pemerintah untuk pemetaan mutu sistem pendidikan pada tingkat satuan pendidikan lewat sample siswa, yang ikut ANBK terpilih secara random oleh sistem dari pusat.

Asesmen berbeda dengan ujian, asesmen adalah upaya untuk mendapatkan data/informasi dari proses dan hasil pembelajaran untuk mengetahui seberapa baik kinerja siswa, kelas atau mata pelajaran, atau sistem yang diterapkan dalam rangka mencapai tujuan atau capaian sistem pendidikan di sekolah tersebut.

-Iklan-

Sedangkan ujian adalah suatu cara terbatas untuk mengukur kemampuan seseorang. Ujian digunakan untuk mengevaluasi pengetahuan seseorang atau peserta didik. Selain itu ujian juga untuk menilai seberapa jauh pengetahuan sudah dikuasai dan ketrampilan sudah diperoleh.

Dalam diskusi kecil dengan teman-teman di WAG (group Wattshap) banyak yang belum paham apa itu ANBK.

Sudah ada tulisan tentang apa itu ANBK, terkadang belum dibaca, ada Prosedur Operasional Standar (POS) ANBK juga belum dibaca. Ayo budayakan literasi membacanya, biar tidak ketinggalan dengan informasi tentang pelaksanaan ANBK.

“Ya, harus dibaca biar siswa dan guru tahu, ujian Nasional sudah tidak ada, Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang menaungi Ujian Nasional juga sudah dibubarkan.” tulisku.

UN tidak digantikan oleh AN atau ANBK. Kalau orang entah guru, siswa atau siapapun mengatakan ANBK adalah UJIAN itu salah besar dan maaf kalau saya boleh bilang Kata UJIAN PADA ANBK adalah menyesatkan.

Banyak siswa dan guru tidak faham dengan ANBK, dikiranya Ujian pengganti UN.

Saya setiap hari koar-koar di semua kelas, bahwa ANBK bukan ujian, itu adalah asesmen nasional, pemotretan sekolah oleh pusat yang diwakili oleh 45 siswa dan 5 siswa sebagai cadangan. Yang memilih siapa yang ikut asesmen nasional adalah sistem.

Ketika ada yang berpendapat ANBK adalah ujian itu salah besar, siswa yang terpilih pada stres kalau AN sebagai ujian, mereka bilang, “Tidak adil, 45 orang ujian, 5 cadangan sementara yang lain tidak ikut menyelesaikan soal-soal ANBK.”

Siswa saya yang terpilih oleh sistem, yaitu kelas XI Madrasah Aliyah ada yang stres, 2 orang anak laki-laki, menjelang ANBK mereka tidak masuk sekolah, tidak mau ikut ANBK, sudah satu minggu, dua anak ini tidak masuk tanpa ijin, padahal besok Rabu, 29 September 2021 sudah pelaksanaan ANBK, mereka belum muncul di Madrasah karena merasa sekolah/madrasah tidak adil, untung masih ada cadangan 5, jadi bisa menggantikan siswa yang tidak mau ikut ANBK.

Itulah yang digembar-gemborkan oleh Mas Menteri Nadiem, budayakan membaca, untuk itu ANBK itu potret budaya literasi dan survei kemampuan berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta dan alat numerik (matematika) dan survei karakter siswa di sekolah. Selain itu juga menilai kemampuan minimal siswa dalam literasi membaca dan berhitung.

Saya juga gemes dengan teman-teman guru, ngajar tinggal ngajar saja, budaya membacanya masih kurang banget. Kalau ada pengumuman tidak mau membaca, malah seringnya bertanya secara langsung.

Apalagi siswa, sukanya membaca statusnya orang di medsos, suruh membaca buku pelajaran atau LKS pada ogah, pada males. Jaluk tak cipika cipiki tenan…, hadeeh gemes dengan mereka.

Kalau masyarakat (sebagian kecil) jangankan membaca buku, membaca pintu masuk mini market saja males, cuma dua kata saja lho…, tarik dan dorong, seharusnya ditarik malah didorong, sebaliknya seharusnya didorong malah ditarik. Waduh iso cekelan bathuk (aduh bisa pegangan jidat).

“Terus kalau AN bukan ujian mereka kok menjawab soal?” tanya teman saya.

Ujian Nasional dan ujian lainnya itu soalnya menggunakan metode Computer Based Test (CBT), sedangkan Asesmen Nasional itu menggunakan Computerized MultiStage Adaptive Testing (MSAT). Maksudnya metode MSAT ini terbagi menjadi tiga tahap, tahap pertama akan terlihat apakah siswa berhasil atau tidak melewati passing grade, jika berhasil maka tahap berikutnya akan mendapat soal dengan tingkat kesulitan lebih tinggi dan sebaliknya sampai tahap ke tiga.

Untuk itu dalam AN siswa terlebih dahulu membaca teks lalu memilih lebih dari dua jawaban disertai dengan argumentasi yang harus ditulis dalam kolom isian.

Kalau orang tidak suka membaca dan menulis, pasti teks dan isian pada ANBK dilewati saja. Langsung selesai…, selesai…, dan keluar ruangan, karena malas membaca, soal-soal tidak diselesaikan dengan baik. Hal ini pasti terjadi dan kalaupun terjadi tidak masalah karena ANBK bukan sebagai indikator kelulusan siswa. Tidak merugikan anak, anak itu mewakili sekolah, yang dianggap gagal adalah sekolah sebagai satuan pendidikan. Sistem yang diterapkan di sekolah atau madrasah perlu diubah, dirombak tidak seperti sekolah zaman kolonial Belanda.

Baca juga:

Beda Ujian Nasional dengan Asesmen Nasional, Guru, Siswa, Orang Tua/Wali Murid dan Masyarakat Harus Tahu

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here