Penulis: Nurul Azizah
Alhamdulillah setelah kita bermedsos kita tambah teman dan sedulur, tambah saudara. Walau kita tidak pernah bertemu secara langsung, tapi hati kita tertaut satu sama lain untuk urun rembuk, perhatian dan satukan tekad.
Persaudaraan (ukhuwwah) dalam islam dimaksudkan bukan sebatas hubungan kekerabatan karena faktor keturunan, tetapi bisa jadi kita bersaudara karena kita diikat oleh tali akidah (sesama muslim) dan persaudaraan karena fungsi kemanusiaan (sesama makhluk Allah SWT).
Dalam persaudaraan kita mengenal tiga macam ukhuwah yaitu ukhuwah islamiyah (persaudaraan karena karena sama-sama beragama islam), ukuwah wathaniyah (persaudaraan karena sama-sama satu bangsa) dan ukhuwah basyariyah (persaudaraan sesama umat manusia).
Begitu saya nyemplung berjuang bareng dengan sederek (saudara) Nahdlatul Ulama (NU) khususnya di medsos. Saya merasakan perjuangan saya tidak sendirian, banyak teman-teman senasib dan seperjuangan. Setelah terbentuk dalam sebuah group, kita baru benar-benar merasakan seperti apa brutalnya medsos, sehingga pemerintah dan pihak yang berwajib polisi dan TNI (aparat) tidak main-main tentang aduan di medsos. Selain itu sebagai warga NU atau santri NU kita ditugaskan oleh PBNU untuk menguasai medsos karena saat ini kelompok wahabi, salafi, takfiri, HTI, FPI, PKS, JI, ISIS dan lain-lain child leadersnya sudah menguasai medsos untuk menyebarkan fitnah, tipu daya dan hoaks.
Untuk itu saya bersama teman-teman warga NU bergabung dalam wadah whatsapp group keluarga aswaja NU (WAG KANU) dan group di facebook (FB) Aswaja NU. Dimana para anggotanya sudah dikaruniani kesadaran berjuang untuk NU dan NKRI.
Tanpa dikomando mereka semua nyemplung (terjun langsung) baik di dunia nyata dan dunia medsos. Saudara-saudara NU ini militan untuk terus menjaga marwah NU dan cinta NKRI. Tentunya dengan biaya sendiri.
Disela-sela kesibukannya di dunia nyata, mereka sempatkan untuk meluangkan waktu dan pikiran bergabung menjadi santrinya simbah KH Hasyim Asy’ari.
Untuk menghidupkan ajaran-ajaran yang dibawa oleh simbah KH Hasyim Asyari tentang keaswajaan NU. Seperti banyak diketahui orang, KH. Hasyim Asya’ri adalah ulama pemikir dan pejuang demi tegaknya NKRI.
Sebagai dzuriyah (keturunan) orang NU kita wajib mengikuti amalan para pendiri NU beserta dzuriyahnya dan poro santri yang sudah menjadi ulama besar di bumi Nusantara ini.
Ikut ajaran NU berarti kita ikut ajaran islam yang terhubung langsung dengan Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
NU merupakan organisasi yang didirikan para ulama yang memiliki sanad keilmuan yang jelas melalui para guru yang terhubung langsung dengan Rosulullah tanpa putus.
Menurut KH Said Agil Sirodj, para guru ulama-ulama NU, jika ditelusuri dari Imam Syafi’i yang berguru pada Imam Malik, maka akan didapat susunan sebagai berikut, yaitu Imam Syafi’i berguru pada Imam Malik, berguru pada Imam Rabiatu Ra’yi, berguru pada Kharijah, berguru pada Zaid bin Tsabit, berguru kepada Rasulullah SAW.
Jadi ketika kita ber-NU, kita menyambungkan rombongan sanad kepada Rosulullah. Para guru dan ulama-ulama NU yang diajarkan oleh KH Hasyim Asy’ari ya ayyuhal ulama, demikian yang disampaikan oleh Ketua Umum PBNU Prof. Dr KH Said Agil Sirodj dalam berbagai acara-acara yang diadakan oleh PBNU.
Untuk itu teman-teman yang sudah berjuang melestarikan ajarannya KH Hasyim Asy’ari baik di dunia nyata dan medsos, Insya Allah sudah belajar dan mengajarkan islam rahmatan lil alamin.
Teman-teman atau lebih akrab sedulur NU yang tergabung dalam WAG KANU dan group-group Aswaja NU terus bergerak melawan hoak dan tipu daya yang dilancarkan oleh kelompok wahabi, salafi, takfiri, HTI, PKS, FPI, JAD, JI cs.
Selain nyemplung berjuang bareng sederek NU terutama di medsos, mereka juga membekali diri dengan terus belajar membaca Al-Quran dengan benar sesuai dengan tajwid dan makhrojul huruf hijaiyah. Selain itu juga diskusi-diskusi tentang ke-NU an dan cinta NKRI.
Walau kita tidak bertemu secara langsung, tapi kami seperti saudara sendiri, kami semua tergabung dalam WA Group Keluarga Aswaja NU (WAG KANU), selain bertukar pikiran masalah apapun termasuk ke-NU-an dan politik, kami juga mengadakan tadarus bareng lewat google meet.
Para sedulur ini membuat jadwal kapan akan diadakan tadarus secara on line dan berbincang dengan senior-senior dalam pakarnya masing-masing dengan tema, “Seberapa kita mencintai NU dan NKRI.”
Dalam perbincangan ini asyik banget, ada yang memaparkan islam yang ada di Nusantara ini ajarannya bagus. Yang dibawa oleh wali songo dan para guru-guru wali songo baik yang berasal dari Persia, Arab, Cina, ada dari pedagang gujarat yang membawa ajaran islam dan lain sebagainya menyatu padu menyesuaikan adat dan tradisi di tanah Nusantara.
Ada kalanya membahas kajian al hadist dari Kanjeng Nabi Muhammad SAW beserta tafsirnya. Jadi jangan memaknai hadist secara sempit, ada tafsir sendiri dan penjabarannya. Sehingga kita menerima ajaran yang dibawa Kanjeng Nabi secara luas, luwes dan fleksibel.
Ada pembahasan yang tidak kalah serunya, kita mencintai Kanjeng Nabi dengan memperbanyak sholawat kepada Beliau, menjadikan Kanjeng Nabi sebagai uswatun hasanah dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Menjalankan sunah-sunahnya yang disesuaikan dengan kemampuan diri kita masing-masing.
Tema yang sering jadi ramai adalah mengapa kita condong dengan budaya kearab-araban. Sementara kita punya budaya yang adi luhung peninggalan nenek moyang Bangsa Indonesia.
Boleh kita menghormati dan menghargai dzuriyahnya Kanjeng Nabi, tapi yang baik perlu kita contoh, yaitu para Habaib yang cinta NU dan NKRI, yang mau berjuang bersama KH Hasyim Asy’ari cinta NU dan NKRI. Yang sering memusuhi dan menghujat NU dan NKRI ya jangan kita ikuti walau dia seorang Habaib.
Dan tentunya tadarus dan kajian NU dan NKRI ini akan terus berlanjut baik di WAG Keluarga NU dan FB Aswaja NU serta diskusi-diskusi santri-santri NU secara on line dengan menggunakan zoom meeting maupun google meet.
Ini semua dilakukan karena kita sadar, kalau tidak kita-kita yang sudah dikaruniai kesadaran berjuang untuk NU dan NKRI ya siapa lagi, terus dilanjutkan dan ditekuni.
“Tapi tanggung jawab di dunia nyata tetap harus tuntas, tidak terganggu, jaga kesehatan, fikiran mental, juga harus siap menanggung apapun resiko yang akan terjadi. Niatkan nyemplung berjuang bersama semua sedulur-sedulur NU,” demikian pesan guru saya lewat WA.