Penulis: Roger “Joy” P. Silalahi
Seberapa Indonesia Kamu…?
#Bagian Pertama (dari dua)
Hidup adalah sebuah perjalanan panjang…
Tidak semua peduli pada pangkat dan jabatan…
Ada yang berprestasi tapi tak terpandang…
Hanya tahu berjibaku dalam pengabdian…
Ini cerita salah satu sahabat, Abang, yang kebetulan bertugas di Kepolisian. Lahir tanggal 30 Maret 1966 di Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut – Kalimantan Selatan, dari bapak orang Kalimantan asli dan ibu orang Batak. Lulus dari Akademi Kepolisian pada tahun 1988, dan sekarang namanya disebut Kombes. Pol. DR. Firman Fadillah MH.
Bapak 3 anak ini sudah seperti abang saya sendiri, jarang bertemu, tapi selalu ada kontak yang didasarkan hati, bukan materi.
Pertama kali bertemu adalah ketika saya bekerja sebagai Deputy GM untuk Anti Pembajakan di Asosiasi Industri Rekaman Indonesia (ASIRI) pada tahun 2001. Waktu itu saya dilekatkan ke Den C Intelijen Bareskrim Mabes Polri. Sebagai pimpinan di team kecil Den C waktu itu, pribadi yang sangat sederhana ini masih berpangkat Kompol, tidak pernah berseragam, kalau dicari bisa mendadak ada dan tiada, entah apa saja kerjanya.
Keseharian tidak seperti polisi pada umumnya, selalu tampil sangat biasa, mobil Kijang Super warna biru laut yang buluk dan berkarat body-nya jadi kendaraan andalan ke kantor untuk bekerja.
Kalau kita operasi, pasti Kijang itu ditinggal karena kadang suka mendadak merumput ke pinggir jalan, alias mogok.
Sangat humoris dengan tawa yang khas, hobi melucu dengan tema utama keadaan dirinya, entah HP-nya, mobilnya, bajunya, rambutnya, apa saja. Sangat senang berada di dekatnya, canda tawa tidak ada hentinya.
Dari keseluruhan kegiatan tugasnya, cara bergerak, cara menangani, pilihan langkah ketika ada masalah dalam operasi, sangat sejalan dengan saya. Dari Mas Firman inilah saya belajar bahasa khusus yang dipakai di berbagai kasus. Sampai paham ketika si A menawarkan dana, si B menawarkan barang, si C minta sesuatu, bagaimana bicara pada level tertentu.
Semua hal diajarkannya, ‘sistem’ yang berlaku, lengkap dengan cara mengakalinya agar kita tidak perlu ikut membawa pulang sesuatu yang bukan hak kita.
Intinya, Mas Firman ini menjalankan apapun lurus! Tidak ada beloknya, kalau mentok, ada saja akalnya mengatasi situasi apapun, cerdas tanpa pernah jumawa.
Pada satu operasi anti pembajakan yang pernah terjadi, titik seperti biasa saya yang pegang, tim Den C sebagai back up hanya ikut tanpa tahu tujuan, hanya berbekal surat tugas lengkap untuk penangkapan.
Sampai di titik incaran, Mas Firman tarik nafas panjang, saya tanya; “Kenapa Mas…?”, dia senyum dan bilang; “Ini back up nya besar Joy, tidak satu, tapi 8…!”
Rahasia umum bahwa ada saja oknum yang menjadi back up dari pelanggar hukum, kadang pangkat dan jabatan terlalu tinggi untuk bisa dilawan.
Lalu saya bertanya; “Jadi gimana Mas…?” Rupanya Mas Firman tidak mau mengecewakan saya, disampaikannya; “Diambil pun akan lepas ujungnya, tapi kita ambil saja dulu, kita pegang perintah negara…”. Kemudian Mas Firman mematikan HP-nya, meminta semua tim mematikan HP, lalu bilang; “Ayo, jalan, risiko urusan belakang…!”
Penyerbuan dimulai, dapat besar, barang bukti segudang, mesin dapat 6, salah satu tangkapan terbesar selama 2 tahun operasi anti pembajakan. Saya dan 2 staf saya, Anto dan Zaenal puas. Angkut semuanya, angkut semua orang di dalamnya, bawa ke Mabes, supaya aman.
Sampai di Mabes, Mas Firman mendekat dan mengajak saya menyaksikan apa yang terjadi dengan HP-nya setelah dihidupkan, waktu itu HP hanya bisa telepon dan sms.
Tang ting tang ting, beruntun masuk SMS dan lalu telepon langsung berbunyi, kriiiinnnngggg…!
Mas Firman tarik nafas panjang, angkat telepon dan mengucapkan kata “Siap…” dan “Siap salah…!” Entah berapa kali. Usai satu telepon, masuk telepon berikutnya, dan berikutnya, saya berpikir dan merasa takut telah menghancurkan karier Mas Firman.
Tiga hari kemudian, saya melipir ke Mabes, ngopi sambil ngobrol di sana. Berceritalah Mas Firman sambil tertawa; “Habis saya, dimaki semua orang…. Tapi biar saja, toh gaji saya tetap dapat, anak istri tetap makan, saya tidak bisa dipecat, karena surat tugas saya lengkap….”
Seolah tanpa beban, walau saya tahu pasti beban pikirannya berat, ‘konsekuensi’ pasti ada, dan dia pasti harus menanggungnya.
Itu hanya satu cerita kecil, semua polisi bisa melakukannya, berpegang teguh pada surat perintah yang dipegangnya, dan menjalankan misi sampai tuntas.
Ada banyak kiprah lainnya, saya pernah membantu membuatkan rekam jejaknya sampai tahun 2018. Lebih dari 250 halaman tercatat di sana.
Beberapa terkait dengan posisinya sebagai salah satu dari orang yang terpilih menjadi anggota pertama dalam Satgas Khusus yang menangani kasus bom, illegal logging, illegal fishing, illegal mining, pencurian BBM, dan banyak lagi.
Ingat Dr. Azahari bin Husin, Ph.D. Alias dr Azahari yang tewas di Batu Malang dalam penggerebekan oleh Satgas Bom…?
Orang yang paling bertanggungjawab dalam kasus Pengeboman Konsulat Filipina 2000, Bom Bursa Efek Jakarta, Bom Malam Natal 2000, Bom Plaza Atrium 2001, Bom Gereja Santa Anna dan HKBP 2001, Bom Tahun Baru 2002, Bom Bali 2002, Bom McDonald’s Makassar 2002, Bom Bandar Udara Soekarno-Hatta 2003, Bom JW Marriott 2003, Pengeboman bus Poso 2004, Pengeboman pasar Tentena 2005, dan Bom Bali 2005 serta serangan-serangan lainnya, Mas Firman ada dalam Satgas Khusus tersebut.
Besok saya lanjutkan, sekarang sudah lewat waktunya makan malam. Baca: Ada yang Bekerja Senyap dengan Taruhan Nyawa, untuk Kamu Bisa Tidur Nyenyak
Mengetahui situasi dan kondisi yang sebenarnya, membedakan benar dan salah, bertindak untuk kebenaran, walau resiko berat jelas terpampang. Tanpa kemewahan, tanpa penghargaan, menjalankan tugas sesuai panggilan awal yang menariknya masuk ke Akademi Kepolisian. Polisi, banyak dibenci, tanpa orang sadari, ada yang bertugas dengan hati nurani, bertugas benar-benar untuk Indonesia, untuk Ibu Pertiwi.
Mas Firman, orang Indonesia… Kamu…?
-Roger Paulus Silalahi-
Artikel ini merupakan seri tulisan “Seberapa Indonesia Kamu?”
Simak artikel menarik lainnya:
polisi baik ,amanah, humoris, jujur, sederhana..
Sehat slalu utk pak firman n kluarga..