Penulis: Ayik Heriansyah
Radikalisme dan terorisme masih menjadi PR besar kita yang butuh perhatian ekstra.
Belum lama ini, Tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Riset Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), menemukan fakta bahwa 44 dari 100 pelajar SMA di Kota Bandung terindikasi terpapar faham radikalisme.
Baca: Gawat! 44 dari 100 Siswa SMA Bandung Terindikasi Radikal, Ini Sebabnya
Hasil penelitian yang dilakukan pada Juli-Agustus 2021 tersebut menunjukkan Bandung zona merah radikalisme.
Keadaan ini membahayakan masa depan bangsa. Beberapa tahun ke depan, pelajar-pelajar radikal tersebut akan masuk kampus-kampus, kemudian lulus menjadi kelas menengah radikal yang duduk sebagai karyawan di instansi pemerintah dan swasta, serta menjadi pengusaha radikal.
3 Jurus Menangkal Radikalisasi
Untuk mencegah, menghambat, menghalangi dan menghentikan alur radikalisasi ini, Direktur Pencegahan BNPT RI, Brigjen Pol. R. Ahmad Nurwakhid, SE, MM, mengatakan ada tiga langkah yang dapat dilakukan oleh pemuda dan masyarakat yaitu:
- Militan dalam menangkal sebaran hoaks dan propaganda, serta aktif menyebar konten persatuan dan toleransi terutama di dunia maya
- Unfollow (jangan ikuti) ustadz dan tokoh radikal baik di lingkungan sosial atau media sosial
- Follow ustadz dan tokoh yang moderat, toleran dan damai serta cinta NKRI dan Pancasila di lingkungan sosial dan media sosial.
Militansi dari kita diharapkan dapat mengimbangi bahkan mengalahkan kelompok radikal dalam penguasaan narasi di ruang-ruang publik, di dunia nyata dan maya. Narasi-narasi moderat, pro perdamaian, dan yang mengokohkan persatuan dan kesatuan bangsa harus menjadi arus utama.
Sikap istiqamah dan pantang menyerah dalam melawan hoaks, kunci keberhasilan melawan radikalisme. Diperkuat dengan upaya penggalangan terus menerus terhadap seluruh komponen pemuda dan masyarakat dalam membangun jejaring penggerak dalam moderasi beragama.
Baca juga: