SintesaNews.com – Taliban menyebut China sebagai negara yang bersahabat. Kelompok milisi yang kini menguasai pemerintahan Afghanistan ini, menyambut baik investasi China dalam rekonstruksi negara tersebut usai dilanda perang.
“Kami menyambut mereka (China). Jika mereka memiliki investasi tentu kami menjamin keamanan mereka. Keamanan mereka sangat penting bagi kami,” kata juru bicara Taliban Suhail Shaheen dalam wawancara Juli 2021 lalu dengan surat kabar South China Morning Post.
Shaheen mengaku kalau Taliban telah berkali-kali ke China dan memiliki hubungan yang baik. Pengalaman itu yang membuatnya menilai Beijing sebagai negara bersahabat.
“China adalah negara sahabat yang kami sambut untuk rekonstruksi dan pengembangan Afghanistan,” ujar Shaheen.
Pernyataan menyambut investasi China oleh Taliban ini muncul saat Amerika Serikat (AS) dan pasukan sekutu keluar dari Afghanistan setelah perang 20 tahun.
AS dan Taliban menandatangani kesepakatan Februari 2021, membuka jalan bagi pasukan asing untuk menarik diri dari wilayah tersebut, pembebasan tahanan, mengeluarkan para pemimpin Taliban dari daftar hitam teror, dan dukungan internasional untuk membangun kembali negara itu.
Dengan keluarnya pasukan asing telah menyebabkan Taliban meningkatkan tekanan pada pemerintahan Kabul. Banyak distrik jatuh hingga akhirnya Kabul berhasil dikuasai Taliban. Presiden Ashraf Ghani pergi dari Istana Kepresidenan, dengan alasan menghindari pertumpahan darah. Istana kepresidenen dibiarkan kosong saat Taliban masuk ke pusat pemerintahan Afhganistan.
Selain mengambil alih pemerintahan, Taliban melanjutkan diplomasi dengan mengirim para delegasinya ke Iran dan Rusia. Menyusul kepergian pasukan AS, juru bicara Taliban menegaskan perlu untuk mengadakan pembicaraan dengan China.
Baca juga:
chumaidiahzar@gmail.com