EDITORIAL SintesaNews.com
Meski kontestasi Pemilu telah usai, namun udara di media online terlebih di medsos, tak pernah surut dari isu politik. Seakan tak berhenti.
Jika mau diambil sisi positifnya, partisipasi politik saat ini sungguh gegap gempita. Segenap warga masyarakat ingin ikut berpartisipasi menyuarakan aspirasinya langsung secara digital.
Namun keriuhan publik dalam membahas isu politik dewasa ini tak diimbangi dengan memadainya kemampuan literasi masyarakat. Kemampuan literasi bukanlah sekadar banyak membaca, melainkan bagaimana memahami bacaan tersebut. Parahnya banyak pengguna internet yang sering tidak membaca dulu konten dari sebuah berita online, dan hanya membaca judulnya saja. Lebih parah lagi yang dipercaya hanya sebuah screen shot atau potongan gambar dari sebuah media online yang tidak jelas kredibilitasnya. Atau kalaupun dari media mainstream, judulnya hanya merupakan click bait, pancingan untuk mengklik tautan tersebut, padahal isinya bukanlah seperti pada judul beritanya.
Publik terus disuguhi dan dijejali dengan berbagai sajian yang menguras isi kepala, namun tak lagi disertai dengan rasa. Ah….
Sementara itu yang lebih jahat lagi adalah tokoh politik yang mengetahui kondisi masyarakat seperti di atas, lalu memanfaatkan kondisi psikologis masyarakat untuk dipermainkan dengan pernyataan-pernyataan konyol. Media cepat-cepat menjadikan kalimat konyol politisi menjadi headline. Publik kembali gaduh dan riuh mengomentari bahkan mencaci statement dari politisi konyol. Begitu terus dalam beberapa tahun ini.
Masyarakat kita telah mengalami “ketimpangan rasa”. Padahal sejak dulu media massa selalu punya ruang untuk mengolah rasa itu. Ruang Sastra, kolom fiksi, cerpen, puisi, dsb. sesungguhnya di media massa merupakan kamar tersendiri yang bisa digunakan oleh para pembaca untuk terbang ke alam lain. Ke ruang imajinasi pribadi para pembaca. Menikmati suguhan karya dalam diksi atau kata. Mengolah rasa. Menjadi manusia. Masuk dalam “kedirian” manusia paling dalam, di sanubari. Hingga perenungan “untuk apa semua ini terjadi”, atau “mungkin memang harus begitu jalan ceritanya”, atau hanya pada akhir “biarlah itu terjadi.”
Adanya ketimpangan rasa pada masyarakat dewasa ini, SintesaNews.com hadir untuk memberikan suguhan bacaan yang tak hanya politik, tapi juga sastra. SintesaNews.com menjadi sebuah wadah meleburnya politik dan sastra, rasio dan rasa, maskulin dan feminin, keras dan lembut, berfusi untuk menggugah nalar dan hati agar manusia tidak “kehilangan dirinya sendiri” sebagai makhluk adikodrati.
Selamat Tahun Baru 2020
Tim Redaksi SintesaNews.com